VIVAnews - Gunung Anak Krakatau terus beraktivitas. Perut gunung itu terus menyemburkan gas beracun.
"Semburan gas terus terjadi karena magma di dalam perut gunung terus naik keluar. Magma itu mendorong gas beracun meluncur keluar," kata Kepala Bidang Pengamatan Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM, Agus Budianto, kepada VIVAnews.com, di Jakarta, Rabu 3 November 2010.
Kapan semburan itu akan berhenti masih sulit diprediksi, sebab dapur magma masih terus aktif.
Selain karena dorongan magma itu, semburan gas beracun itu juga terjadi lantaran gempa vulkanik juga terus meningkat.
Gas yang dikeluarkan itu , jelas Budianto, menandakan akan terjadi fase erupsi dari Gunung Api. "Itu hal yang wajar dalam sebuah aktivitas Gunung Api seperti Gunung Anak Krakatau," imbuh dia.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sudah melarang warga, khususnya nelayan dan wisatawan mendekat pada radius 2 kilometer. "Gas itu berbahaya dan mengandung racun. Selain itu status Anak Gunung Krakatau menjadi Waspada atau level II," ungkap dia.
Dalam wawancara dengan VIVAnews sebelumnya, Agus menyampaikan bahwa suhu air laut di sekitar Anak Krakatau peningkatan. Hal itu dikarenakan banyaknya material panas dari Anak Krakatau yang jatuh ke laut.
Berdasarkan data di Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau, Cinangka, Kabupaten Serang. Tercatat dalam sehari kemarin telah terjadi enam kali gempa vulkanik kategori dalam, 117 kali gempa vulkanik dangkal, 223 kali letusan, 157 kali hembusan, dan 219 kali tremor. "Totalnya dalam sehari terjadi 722 aktivitas kegempaan, dan terjadi setiap 5 menit sekali," kata dia.
http://id.news.yahoo.com/viva/20101104/tpl-mengapa-semburan-gas-beracun-tak-ber-fa55e98.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar